Kamis, 27 November 2008

Ki Oemartopo

Obituari dari Matthew Isaac Cohen


Yang pertama. Menurut posting di milis gamelan list, salah satu guru pedalangan saya, Ki Oemartopo, telah meninggal dunia kemarin (5 November 2008). Pak Oemar, begitu saya menyebut beliau, mempraktekkan seni pedalangan gaya Mangkunegaran dan belajar seni rupa di ASRI Yogyakarta. Beliau merupakan dalang profesional pertama yang tinggal dan mengajar di Amerika Serikat.

Pak Oemar mengajar di Universitas Wesleyan akhir tahun 1960-an dan kemudian di American Society for Eastern Arts (ASEA) dan pelbagai universitas di California. Beliau juga bekerjasama dengan Bob Brown dalam program musim panas di Bali, selain mengajar di Hongaria.

Saya mengenal Pak Oemar melalui Marc Hoffman, dimana saya membantu dia dalam pementasan wayang di Universitas Hawaii tahun 1988. Pak Oemar mengajar Marc di California pada awal tahun 1970-an.


Cinta Petruk. Bila saya tak salah ingat, pertama kali saya mengunjungi rumah Pak Oemar di Wonogiri pada awal tahun 1989. Pak Oemar mendorong saya untuk mempelajari pedalangan secara jangkep, di mana saat itu saya hanya ingin mempelajari sulukan dan gerak wayang di STSI, tetapi tidak untuk mendalang.

Beliau juga mendorong saya untuk mempelajari lakon pokok seperti Makutharama, tetapi saya bersikukuh untuk hanya ingin mempelajari lakon Petruk Dadi Ratu (Petruk Becomes King), lakon ringan, jenaka dan tidak pretensius. Saya nglanjo ke Wonogiri dua atau tiga kali dalam seminggu beberapa bulan kemudian, bekerjasama dengan Pak Oemar dan para niyaga asal Wonogiri.

Pementasan pertama kali saya terjadi di musim panas 1989, ketika saya memanggungkan satu pathet lakon Petruk Dadi Ratu. Mas Joko Susilo, guru saya lainnya dan Pak Oemar mendalang untuk dua pathet selanjutnya. Seperangkat kecil gamelan menyertai pementasan di ruang depan rumah Pak Oemar dengan dihadiri undangan yang sebagian besar mahasiswa asing yang belajar karawitan di Solo. Pak Oemar tidak lagi aktif mendalang pada tahun 1989-1990 karena ada masalah kesehatan, jadi sungguh suatu kehormatan saya bisa menyaksikan aksi beliau dalam mendalang.


Kehilangan anggota keluarga. Saya meneruskan berguru kepada Pak Oemar sepanjang sisa waktu saya tinggal di Jawa, yaitu sampai akhir musim panas 1990. Beliau adalah tuan rumah yang murah hati, sampai mengantar saya berkunjung ke Manyaran untuk membeli wayang, mengundang saya untuk menghadiri acara-acara khusus, juga makan bersama di rumah beliau. Beliau menjadi sosok terhormat di mata saya walau belakangan ini kita tinggalnya secara berjauhan.

Istri saya merupakan famili jauh dari Pak Oemar. Ia memanggil Pak Oemar dengan sebutan om. Jadi ungkapan duka cita saya ini bukan saja karena kehilangan seorang guru, tetapi juga kehilangan seorang kerabat. Saya ikut berduka cita yang mendalam untuk seluruh keluarga Pak Oemar. “Dari Tuhan ia berasal dan kepada Tuhan pula ia kembali. Dan kini Tuhan telah menyemayamkan Pak Oemar dalam keabadian.”

3 comments:

Bambang Haryanto said...

Yes,Matthew, Mr. Oemartopo has died in peace. My name is Bambang Haryanto, neighbour of him. Please check his latest photo in my blog, Kajenku,Kebanggaanku.
November 13, 2008 4:33 AM

Matthew Isaac Cohen said...

Thank you for sharing your blog about Pak Oemar. Saya ikut bela sungkawa kepada semua keluarganya.
November 19, 2008 4:05 PM

petruk dadi ratu said...

Dear Mas Matthew,

Terima kasih kembali. Isi blog Anda tentang Pak Oemar telah saya terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Lalu saya pajang dalam blog tersendiri, Petruk Dadi Ratu. (http://petrukdadiratu.blogspot.com).Ini terinspirasi cerita Anda.

Moga Mas Matthew tak keberatan. Salam dari Wonogiri, dan bela sungkawa Anda akan saya sampaikan kepada keluarga. Salam saya,

Bambang Haryanto
November 28, 2008 9:42 PM


Sumber tulisan : http://indonesianperformance.blogspot.com/2008/11/ki-oemartopo.html. Diposting Kamis, 6 November 2008.


Matthew Isaac Cohen, tinggal di London, Inggris. Dia adalah dosen senior Royal Holloway, Universitas London. Saat ini sedang melakukan cuti untuk merampungkan penulisan bukunya yang berjudul Performing Otherness: Java and Bali on International Stages, 1905-1952.

Karya ini merupakan hasil risetnya selama lebih dari dua dekade terakhir mengenai seni pertunjukan di Indonesia. Sesekali Matthew juga mendalang dalam pelbagai kesempatan. Menurutnya, blognya yang ia luncurkan sejak bulan Oktober 2008 tersebut sebagai persiapan untuk kunjungannya ke Indonesia.

Diterjemahkan secara bebas oleh Bambang Haryanto

Tidak ada komentar: